Laman

Selasa, 06 September 2011

Pidato 1


Assalamu`alaikum warahmatullahi wabarakatuh
Alhamdulilladziihadzaana lihaadzaa wamaa kunnaa linahtadiya an-hadzaanallah, amma ba`du.
Hadirin yang dimuliakan Allah, pada kesempatan yang berbahagia ini, marilah kita bersyukur kepada Allah swt. Yang senantiasa melimpahkan rahmat, taufiq, serta hidayahnnya sehingga kita dapat sampai di puncak kemenangan dan kebahagiaan yang didasarkan atas argumentasi agama. Sebuah kebahagiaan dan kemenangan yang didasarkan pada keimanan.
Shalawat serta salam semoga tetap tercurahkan kepada junjungan kita Nabi besar Muhammad saw. Karena beliau telah menuntun kita dari jalan kegelapan menuju jalan yang terang-benderang, yakni Addiinul Islam wal Iiman.
Hadirin yang dimuliakan Allah, sebagai makhluk social, kita tidak dapat hidup sendiri tanpa berhubungan dengan orang lain. Sebagai manusia, kita harus senantiasa menjaga hubungan baik secara vertical kepada Allah swt. maupun secara horizontal kepada sesame umat manusia. Ceremony ritual idzul fitri mengandung muatan ibadah baik secara vertical maupun secara horizontal. Ibadah social pada Idul Fitri tidak hanya terbatas pada solidaritas social, juga harus bermurah hati dalam aspek moral dan spiritual dengan bersilaturrahmi dan saling memaafkan. Tindakan moral spiritual inilah yang oleh masyarakat jawa bahkan umumnya bangsa Indonesia dijadikan sebagai ritual pokok dalam berhari raya Idul Fitri.
Setelah dosa secara vertical terampuni dengan melakukan ibadah puasa satu bulan penuh di bulan ramadhan dengan penuh keimanan dan mengharapkan ridha Allah swt.maka dosa horizontal pun harus diupayakan dapat terampuni pila, sehingga kita benar-benar dalam kondisi fitrah, bersih dan suci dari dosa-dosa bak secara vertical maupun secara horizontal. Dari sinilah maka budaya saling maaf memaafkan melembaga didalam merayakan Idul Fitri di kalangan masyarakat kita yang lebih popular dikenal dengan istilah Halal Bihalal.
Budaya lebaran dengan berbagai tradisinya itu merupakan contoh yang elok, bagaimana idiom-idiom Islam diterjemahkan secara cerdas dan kreatif kedalam budaya kita bangsa Indonesia. Silaturrahmi dan halal bihalal adalah untuk saling maaf memaafkan antara anak dan orangtua, antara suami-istri, guru-murid, juga dianata politisi sehingga terjadilah hubungan yang harmonis dan asosiatif diantara mereka.
Dalam konteks inilah seorang Antropolok Amerika Cifford Geertz menyatakan dalam bukunya The Religious of Java, bahwa lebaran merupakan wadah yang mampu mengakomodasikan perbedaan sebagai arena solidaritas, dimana anggota-anggota masyarakat yang tadinya terpisah secara vertical maupun horizontal akibat adanya perbedaan ideology dari orientasi primordial dengan tegas mencair sehingga ia menempatkan lebaran sebagai momen integrasi masyarakat Indonesia.
Alangkah indahnya jika hal tersebut dapat terealisasi di era reformasi sebagaimana yang kita rasakan dewasa ini. Dimana konflik yang terus menerus menjadi baik dipusat maupun di daerah-daerah, pada lebaran ini bisa mencair. Anggota-anggota masyarakat mampu mendapatkan hubungan yang harmonis, bisa mengesampingkan kepentingan pribadi dan golongan. Sehingga muncul solidaritas yang sekan akan tanpa pamrih, kecuali untuk kepentingan agama, nusa dan bangsa. Betapa hinanya orang yang mau bergaul secara baik dengan semuanya, ia akan dicap sebagai orang yang arogan, angkuh, sombong dan egois. Bahkan ia akan mengalami kesulitan dalam hidupnya, karena pada dasarnya sebagai manusia, ia tidak akan mungkin dapat hidup tanpa jasa dan bantuan orang lain. Sebagaimana ditegaskan dalam firman Allah swt. : “Mereka diliputi kehinaan dimana saja mereka berada, kecuali jika mereka berpegang teguh pada tali (agama) Allah swt. Dan tali (perjanjian) dengan manusia.” (QS. Ali Imran : 112).
Hadirin yang dimuliakan Allah, dalam konteks sosialpun lebaran memiliki makna yang krusial dan signifikan, Idul Fitri merupakan momen integritas dan solidaritas mesyarakat yang sedang mengalami perubahan, khususnya bagi para migrant yang telah terkondisikan dalam hiruk pikuk dan hingar binger kehidupan kota. Dengan mudik misalnya mereka ingin menemukan kembali masa lalunya di tempat asal. Mereka yang kesehariannya selalu dihitung dengan angka diperlakukan sebagai skrup-skrup kecil dalam mesin-mesin raksasa kota, ingin diperlakuka kembali sebagai manusia, mereka tinggalkan kota walaupun hanya sementara untuk menikmati kembali wajah kampong halaman kerumah, ke sungai tempat mereka dulu mandi, ke lapangan tempat mereka bermain, merebah di pangkuan ibu dan bapak, berkumpul dengan sanak keluarga, menjalin kembali tali persaudaraan yang semakin lama terpisahkan oleh jarak dan kepeningan masing-masing. Sungguh membahagiakan dan kebahagiaan itu diungkapkan dengan memperbanyak takbir, tauhid dan tahmid mengagungkan kebesaran Asma Allah swt.
Dengan didasari relegiusitas yang tinggi dihri lebaran untuk sementara gerak otomistik yang disebabkan oleh dorongan ekonomi dapat diturunkan dan diinginkan. Kemudian setelah lebaran usai mampu bangkit memulai aktivitas kembali dengan tetap disertai semangat relegimitas yang tinggi, sebagai manifestasi tumbuh suburnya nilai-nilai religi yang telah ditanam dibulan ramadhan. Kita berharap dengan idul fitri akan tercipta msyarakat yang fitri pula, yaitu suatu masyarakat yang aman, damai dan sentosa dalam keanekaragaman yang kaya dan yang miskin, yang cerdas dan yang bodoh, yang tua dan yang muda, yang majikan dan yang buruh, yang memerintah dan yang diperintah tidak ada yang dihinakan, tidak ada yang merasa ditindas atau diperas, dan tidak ada yang merasa dianak tirikan. Segenap lapisan masyarakat merasa aman, damai dan eksistensinya karena sadar akan posisi dan fungsi masing-masing dan saling menyempurnakan.
Hadirin yang dimuliakan Allah, demikianlah apa yang dapat saya sampaikan dalam kesempatan yang baik ini. Mudah-mudahan dengan beridzul fitri, kita benar-benar dalam keadaan ditri, suci lahir dan batin.
Akhirul kalam. Billahi taufiq wal hidayah. Waridhaa wal inayah. Wassalamu`alaikum warahmatullahi wabarakatuh.. 


Pidato 2



Alhamdulillahi rabbil `alamin.. wabihi nasta`iinu `alaa umuriddunya waddiin.. washalatu wassalaamu `alaa asyrofil anbiyaa`i wal mursaliin.. sayyidina wa maulana muhammadin wa `alaa `alihi wa ash-habihii ajma`in.. amma ba`du..



Kepada para Alim Ulama` yang saya ta`ati.

Serta hadirin yang dimuliakan Allah.



Pada kesempatan yang berbahagia ini, marilah kita bersyukur kepada Allah SWT. karena Allah SWT senantiasa melimpahkan rahmat, taufiq serta hidayahnya sehingga kita dapat menyongsong kedatangan bulan suci Ramadhan kembali di tahun ini.



Shalawat serta salam semoga tetap tercurahkan kepada junjungan kita Nabi Besar Muhammad SAW. karena beliau telah menuntun kita dari jalan kegelapan menuju jalan yang terang benderang, yakni Addiinul Islam wal Iman.



Hadirin yang dimuliakan  Allah, besok kita kedatangan tamu yang sangat mulia dan istimewa, yaitu bulan suci Ramadhan. Menjelang datangnya bulan suci Ramadhan, Nabi Muhammad SAW. berkhotbah dihadapan para sahabat untuk menyongsong kedatangan bulan suci dan istimewa itu. Sebagaimana disebutkan didalam sebuah hadits yang diriwayatkan dari Salman Al-Farisi r.a. bahwa Rasulullah SAW. berkhotbah dihadapan kami pada hari terakhir dari bulan sya`ban : "wahai sekalian manusia, benar-benar telah menaungi kamu sebuah bulan yang besar. Didalamnya terdapat malam Lailatul Qadar yang lebih utama daripada seribu bulan. Allah SWT. menjadikan puasanya sebagai fardhu dan berdiri beribadah shalat malam sebagai sunnah (Shalat tarawih). Barang siapa yang mendekatkan diri dengan satu kebaikan di bulan itu, maka dia seperti orang yang menunaikan kewajiban dalam bulan lain. Barang siapa yang menunaikan sebuah fardhu di bulan puasa, maka dia seperti orang yang menunaikan tujuh puluh fardhu pada bulan yang lain."

Ramadhan adalah bulan kesabaran, sedang kesabaran pahalanya adalah surga. Dia adalah bulan pertolongan. Dia adalah bulan penambahan rizki seorang mukmin. Barangsiapa yang memberi makanan untuk berbuka puasa pada orang yang sedang berpuasa, maka baginya sama dengan pahala memerdekakan budak yang telah terampuni dosa-dosanya. Kami berkata : "Ya Rasulallah, kami ini tidak menemukan sesuatu yang digunakan untuk memberi buka orang yang berpuasa." Beliau bersabda : "Allah memberikan pahala pada orang yang menberi buka orang yang puasa walau dengan sedikit susu, seteguk air atau sebutir kurma. Dan barangsiapa yang membuat kenyang orang berpuasa, dia akan diampuni dosa-dosanya dan tuhan akan memberinya minum dari telagaku. Dia tidak akan merasa haus sesudah minum dari telagaku itu, untuk selama-lamanya. Disamping itu, mereka mendapat pahala semisal pahala orang berpuasa tanpa berkurang sedikitpun.
Ramadhan adalah bulan yang awalnya penuh dengan rahmat, pertengahannya penuh ampunan dan akhirnya pembebasan dari neraka. "Barangsiapa yang memberi keringanan pada budak yang dimilikinya, maka Allah SWT. akan memerdekakannys dari neraka. Oleh sebab itu, pada bulan Ramadhan perbanyaklah empat hal. Dua hal membuat kamu mendapatkan Ridha Allah, dan dua hal lagi yang selalu kamu butuhkan. Dua hal yang membuat Allah SWT. ridha padamu adalah kesaksian , bahwa sesungguhnya tidak ada tuhan selain Allah dan kamu memohon ampun kepada-Nya. Sedngkan dua hal yang selalu kamu butuhkan adalah permintaan kamu kepada Allah agar dimasukkan kedalam surga dan kamu memohon perlindungan kepada-Nya dari neraka."

Hadirin yang dimuliakan Allah, begitu banyak hadits-hadits Nabi saw. yang menjelaskan tentang keutamaan bulan Ramadhan. Diantaranya sabda Nabi Muhammad Saw. : "Apabila datang malam pertama dari bulan Ramadhan, semua pintu-pintu surga dibuka, selama satu bulan penuh tidak ada satupun pintu surga yang ditutup. Dan Allah swt. memerintahkan pemanggil untuk menganjurkan, `wahai orang yang mencari kebaikan, menghadaplah. Wahai orang yang mencari kejahatan, tahanlah. `Lalu dia berkata, `adakah seorang yang memohon ampun, tentu dia akan diampuni. Adakah orang yang meminta, tentu dia akan dikabulkan permintaannya. Adakah orang yang bertobat, tentu akan diterima tobatnya. `Dia (panggilan rabani itu) tidak henti-hentinya menyerukan begitu sampai fajar terbit, waktu shubuh tiba. Setiap malam pada saat berbuka, Allah membebaskan sejuta orang dari neraka, yang sebelumnya wajib disiksa."


Oleh sebab itu, berbahagialah orang-orang yang diberi kesempatan untuk bertemu kembali dan menghirup udara segar bulan Ramadhan yang mulia. Karenanya, marilah kita sambut kehadiran bulan yang penuh berkah itu dengan luapan kegembiraan semangat beribadah. Kita gunakan kesempatan emas di bulan Ramadhan itu untuk membersihkan jiwa, mendekatkan diri kepada Allah swt. untuk mencapai derajat insan yang bertakwa.

Nabi saw. bersabda :
"Barangsiapa yang senang dengan datangnya bulan Ramadhan, maka Allah mengharamkan jasadnya terbakar api neraka."

Marilah kita sambut kedatangan bulan suci Ramadhan ini dengan riang gembira, lalu kita ekspresikan kegembiraan itu dalam bentuk ibadah kepada Allah swt. memberbanyak amal saleh, berdzikir dan bersedekah atas dasar iman dansemata-mata hanya untuk mengharapkan ridha Allah swt. semoga dengan demikian kita benar-benar menjadi orang yang bertakwa, amiin.. :)



Hadirin yang dimuliakan Allah, demikian apa yang bisa saya sampaikan dalam rangka menyambut datangnya bulan suci Ramadhan, semoga ada guna dan manfaatnya . Apabila ada kata-kata yang kurang berkenan, saya mohon maaf.



Akhirul kalaam, billahi taufiq wal hidayah., waridhaa wal Inayah.. Wassalamu`alaikum wa rahmatullahi wa barakaatuh.. :)